Monday, August 6, 2012

A Smile :)


Hidup adalah sebuah perjalanan yang mesti kita tempuh. Suka, duka, tangis, tawa, luka, bahagia; semua itu kita rasa. Kalaupun orang luar tertawa, biar saja. Aku cukup bahagia dengan apa yang aku miliki saat ini.

Keluarga lengkap, penuh kehangatan. Pekerjaan? Ya, aku punya. Dan aku menikmatinya. Kalaupun tidak lebih karena waktu luang yang tidak 5-2. 5 hari kerja sisanya leyeh-leyeh, layaknya pegawai kantoran. Ha-ha-ha. Pendamping hidup? Mmmm.. Sebentar lg aku punya. Seseorang yg aku tuju. Seseorang yg aku bisa terima keberadaannya. Seseorang yg sifat dasarnya seperti aku. Ya, itu kamu.

Disela-sela wkt kerja, sempat-sempatnya terpikir utk main. Dan munculah ide pergi berkendara roda dua. Dgn siapa? Karena 'pendamping hidup' itu blm bisa, pilihan jatuh ke tmn yg lumayan dkt. Dwi Cahya Putra Hadi. Bandung, tujuan perjalanan kali ini demi memuaskan rasa ingin tahu saja awalnya..


Jumat (26/7), sehabis buka puasa. Seperti biasa, aku tergolong pria yang kurang pandai membagi waktu. Disaat org lain sudah siap, aku masih berkutat dgn dunia kerja. "Sebentar ya, ini masih ada tulisan," tulisku enteng kepada teman diseberang sana. Padahal aku sadar sudah telat dan tidak mungkin memenuhi janji. Maaf ya Dwi.

Rupanya, 18.55 WIB dia sudah tiba dirumah orangtuaku, lokasi perjanjian awal sebelum bergegas pergi. Ok, singkatnya aku tiba dirumah setelah memastikan seluruh tugas selesai dikerjakan.

20.10 WIB, kami berangkat. Titik awal pengukur jarak tempuh di motor menunjukkan angka 8328 km. Kendaraan roda dua ini, adalah hasil kerja kerasku. Tanpa sepeserpun meminta meski sempat berhutang ke orangtua. Tapi sudah aku lunasi skr ini.

Alasan itu mendasari perjalanan ini. Mencoba motor yg terbilang baru. Persis anak-anak yg memiliki mainan baru. Bensin lima bar yang artinya satu strip dari kata penuh sekali.

Arah pertama melalui jalan raya Bogor. Kecepatan sekitar rata-rata 70 km/jam. Dan ditengah perjalanan, ada pengendara yg bertingkah aneh. Membuntuti tanpa jelas maksudnya. Sebagai anak pertama yg ditakdirkan utk memastikan segala sesuatu berjalan di relnya, aku ngga terima.

Dibenakku, "apa sih ni orang. Mau ngebalap tp dibelakang dwi terus. Di ajak balap cuek aja." Motorku persis dibelakang orang itu yang belakangan aku ketahui bersama seorang rekannya.

Dan akhirnya maksud orang itu aku ketahui. Entah di Km brp persisnya, dia berhasil mengajak dwi berbicara. Oh, rupanya anak motor jg. Satu 'tongkrongan' ceritanya. Setelah menyakinkan Dwi, kami diajak utk ngopi.

Perjalanan terhenti sekitar pukul 21.14 WIB. Krn bukan org yg gemar ngopi dan merokok, aku putuskan menulis indomie kornet di atas daftar makanan yang sudah tersaji rapi dimeja. Heeee, sebenarnya sih lapar krn memang blm makan berat setelah berbuka. Hanya segelas bubur kacang hijau, dua buah lontong, dan satu kue ngga jelas. :p

Dwi asik bicara dgn rekan barunya, aku makan sembari menyampaikan isi hati dia. Iya, ke kamulah. Mutiara Safira Abdullah. pasti dijawab, gombaaaaaallll).

Setengah jam kemudian, kami bergegas. Kami sempat berhenti di salah satu pom bensin daerah Cipanas. Aku buang air kecil krn tidak tahan dinginnya cuaca. Puncak malam itu begitu dingin, tidak seperti di kawasan Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, tapi hawanya lebih dari cukup utk membuatku menggigil. Brrrrrrrrrr.

Sekitar pukul 00.05 WIB, kamu sudah memasuki kawasan Cimahi, kota sebelum menembus Bandung. Rasa gembira tentu saja ada krn timbul semacam perasaan, 'eh gue bisa loh jalan berkendara roda dua ke tempat yang jauh jaraknya.' Agak ke arah sombong gtu mesti rasanya itu ngga perlu.

8501 km, kami sampai di Bandung. Sempat binggung karena ngga tahu mau kemana. Ok, putusan pertama adalah mencari penjual pecel ayam. Berpegang papan petunjuk jalan, kami meraba-raba. Akhirnya dapat juga. Lupa persis dimana lokasinya tapi sudah cukup utk mengganjal perut.

Tujuan kedua; tempat menginap. Sempat terpikir utk tidur di masjid. :D tapi kami dapat penginapan murah dikawasan jalan Pungkur. Rp 100 ribu; tanpa ac, kamar mandi seadanya, dua tempat tidur kayu, satu tempat charger, tanpa tv, satu lemari pakaian, satu meja, dan satu lemari hias berkaca.

Setelah merapikan barang-barang, kami memutuskan utk langsung membeli makanan. Roti, susu, air mineral botol besar, dan handuk. Dwi entahlah membeli apa. Oiya, kami sempat ditawari, 'mau pijit mas? Mau yaahh. Dipijit supaya ngga cape.' Ha ha ha. Perempuan paruh baya itu lihai sekali menawarkan jasanya.

Beruntung diantara kami berdua tidak mengindahkan. Sewaktu terjaga dari tidurnya, Dwi sempat bercerita kalau banyak perempuan yang keluar masuk ke sebelah kamar kami. Ah, sudah lupakan bagian ini krn memang bukan yg utama. Tidur, dan telat sahur. Aku hanya sempat minum. Roti dan susu, lewat dari pikiran krn wkt imsak saat itu begitu tipis.

Sabtu (28/7), sekitar pukul 10.00 WIB. Kamu cek out setelah mandi dan merapikan seluruh barang yang kami bawa. Dwi sempat bergaya mohawk dengan minyak rambut yg kubawa. Dari smp, pria ini memang gemar bergaya.





Setelah mendapat informasi dari rekan yg lama tinggal di Bandung, kami memutuskan untuk mampir ke Factory Outlet (FO). Dipilih jalan Riau karena digambarkan banyak pilihannya. 


Setelah lihat tanpa membeli karena display pakaian kebetulan blm ada yg memesona, kami berpindah ke toko 'New & Old'. Lokasinya hanya terpisah satu toko dari FO td.

Disinilah aku menemukan hidupku. Eaaaaaaaa. Asli kalau yg ini gombal. Tp yg jelas aku nyaman disini. Meski tidak semua barang baru, tp byk benda-benda yang aku suka.

 Foto-foto diatas cukup menjelaskan bahwa aku menyukai benda yg unik. Tidak perlu mahal tentunya. Benda yg sempat menarik perhatian aku adalah boks telepon terbuat dari kayu persis di film-film. Ingin membeli tapi sepertinya bukan saat itu. Lumayan mahal.

Di toko itu aku membeli satu replika detektif conan, gotenks (pahlawan berambut merah dalam serial Dragon Ball), dan Naruto. Ketiganya aku beli setelah komunikasi panjang dgn perempuan cantik di Jakarta sana.

Oiya, aku dpt ikat pinggang juga. Cuma Rp 25 ribu. Ha ha ha. Setelah puas, kami memutuskan utk shalat sebelum meneruskan perjalanan ke Lembang. Lokasi shalat di Gedung Kompas Gramedia Bandung tak jauh dari dua lokasi yang kami kunjungi. Disana Dwi tertarik kepada Friska, reporter sekaligus pembawa acara di stasiun tv Pasundan. Yaaa tapi dia alfa meminta nmr hp, alamat krn saking terpesonanya.
Mengapa Lembang? Karena disana ada Bosscha, tempat penelitian gugusan bintang milik ITB. Pertama kali aku melihatnya itu di film Petualangan Sherina. Entah ya tahun brp. Lupa. Setelah lama mencari dan sempat salah arah, sekitar pukul 14.20 WIB kami tiba di Bosscha. Kami bertolak dari gedung kompas sekitar pukul 13.30 WIB.


Sayang, Bosscha tutup. Seorang petugas yang aku temui beralasan di bulan puasa tidak menerima kunjungan. Krn enggan berdebat, aku menerima alasan itu. Kami hanya sempat mengabadikan momen didepan tugu putih bertuliskan Bosscha. Cukup untuk memberitahu dunia kalau kami pernah kesana. Ha ha ha.

Pukul 15.00 WIB. Kami memutuskan kembali ke Jakarta. Ciputat lebih tepatnya. Kami sempat terpisah krn di pasar Cimahi kemacetan parah. Aku yg ngga sabaran terus menyalip meninggalkan Dwi dibelakang.

Sebelum berbuka, aku sempat mampir shalat Ashar di mushalla sebuah pom bensin. Maksudnya menunggu Dwi yang tertinggal. Ternyata dia bablas.. Setelah berkomunikasi akhirnya kami janjian bertemu disebuah tugu. Aku lupa namanya yg jelas sudah masuk Cianjur.

Setelah berbuka, pukul 19.00 WIB kami meneruskan perjalanan. Dan sekitar pukul 21.46 kami sampai dirumah. Lelah fisik tapi tidak hati. Apalagi sempat terpatri perjalanan berikutnya aku harus menyertai sang pendamping hidup. :)

(Ini tulisan pertama aku di blog kamu Fira, terima kasih ya.)

No comments:

Post a Comment