Hidup adalah sebuah perjalanan yang mesti kita tempuh. Suka, duka,
tangis, tawa, luka, bahagia; semua itu kita rasa. Kalaupun orang luar
tertawa, biar saja. Aku cukup bahagia dengan apa yang aku miliki saat
ini.
Keluarga lengkap, penuh kehangatan. Pekerjaan? Ya, aku punya. Dan aku
menikmatinya. Kalaupun tidak lebih karena waktu luang yang tidak 5-2. 5
hari kerja sisanya leyeh-leyeh, layaknya pegawai kantoran. Ha-ha-ha.
Pendamping hidup? Mmmm.. Sebentar lg aku punya. Seseorang yg aku tuju.
Seseorang yg aku bisa terima keberadaannya. Seseorang yg sifat dasarnya
seperti aku. Ya, itu kamu.
Disela-sela wkt kerja, sempat-sempatnya terpikir utk main. Dan munculah
ide pergi berkendara roda dua. Dgn siapa? Karena 'pendamping hidup' itu
blm bisa, pilihan jatuh ke tmn yg lumayan dkt. Dwi Cahya Putra Hadi.
Bandung, tujuan perjalanan kali ini demi memuaskan rasa ingin tahu saja
awalnya..
Jumat (26/7), sehabis buka puasa. Seperti biasa, aku tergolong pria
yang kurang pandai membagi waktu. Disaat org lain sudah siap, aku masih
berkutat dgn dunia kerja. "Sebentar ya, ini masih ada tulisan," tulisku
enteng kepada teman diseberang sana. Padahal aku sadar sudah telat dan
tidak mungkin memenuhi janji. Maaf ya Dwi.
Rupanya, 18.55 WIB dia sudah tiba dirumah orangtuaku, lokasi perjanjian
awal sebelum bergegas pergi. Ok, singkatnya aku tiba dirumah setelah
memastikan seluruh tugas selesai dikerjakan.
20.10 WIB, kami berangkat. Titik awal pengukur jarak tempuh di motor
menunjukkan angka 8328 km. Kendaraan roda dua ini, adalah hasil kerja
kerasku. Tanpa sepeserpun meminta meski sempat berhutang ke orangtua.
Tapi sudah aku lunasi skr ini.
Alasan itu mendasari perjalanan ini. Mencoba motor yg terbilang baru.
Persis anak-anak yg memiliki mainan baru. Bensin lima bar yang artinya
satu strip dari kata penuh sekali.
Arah pertama melalui jalan raya Bogor. Kecepatan sekitar rata-rata 70
km/jam. Dan ditengah perjalanan, ada pengendara yg bertingkah aneh.
Membuntuti tanpa jelas maksudnya. Sebagai anak pertama yg ditakdirkan
utk memastikan segala sesuatu berjalan di relnya, aku ngga terima.
Dibenakku, "apa sih ni orang. Mau ngebalap tp dibelakang dwi terus. Di
ajak balap cuek aja." Motorku persis dibelakang orang itu yang
belakangan aku ketahui bersama seorang rekannya.
Dan akhirnya maksud orang itu aku ketahui. Entah di Km brp persisnya,
dia berhasil mengajak dwi berbicara. Oh, rupanya anak motor jg. Satu
'tongkrongan' ceritanya. Setelah menyakinkan Dwi, kami diajak utk ngopi.
Perjalanan terhenti sekitar pukul 21.14 WIB. Krn bukan org yg gemar
ngopi dan merokok, aku putuskan menulis indomie kornet di atas daftar
makanan yang sudah tersaji rapi dimeja. Heeee, sebenarnya sih lapar krn
memang blm makan berat setelah berbuka. Hanya segelas bubur kacang
hijau, dua buah lontong, dan satu kue ngga jelas. :p
Dwi asik bicara dgn rekan barunya, aku makan sembari menyampaikan isi
hati dia. Iya, ke kamulah. Mutiara Safira Abdullah. pasti dijawab,
gombaaaaaallll).
Setengah jam kemudian, kami bergegas. Kami sempat berhenti di salah
satu pom bensin daerah Cipanas. Aku buang air kecil krn tidak tahan
dinginnya cuaca. Puncak malam itu begitu dingin, tidak seperti di
kawasan Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, tapi hawanya lebih dari
cukup utk membuatku menggigil. Brrrrrrrrrr.
Sekitar pukul 00.05 WIB, kamu sudah memasuki kawasan Cimahi, kota
sebelum menembus Bandung. Rasa gembira tentu saja ada krn timbul
semacam perasaan, 'eh gue bisa loh jalan berkendara roda dua ke tempat
yang jauh jaraknya.' Agak ke arah sombong gtu mesti rasanya itu ngga
perlu.
8501 km, kami sampai di Bandung. Sempat binggung karena ngga tahu mau
kemana. Ok, putusan pertama adalah mencari penjual pecel ayam.
Berpegang papan petunjuk jalan, kami meraba-raba. Akhirnya dapat juga.
Lupa persis dimana lokasinya tapi sudah cukup utk mengganjal perut.
Tujuan kedua; tempat menginap. Sempat terpikir utk tidur di masjid. :D
tapi kami dapat penginapan murah dikawasan jalan Pungkur. Rp 100 ribu;
tanpa ac, kamar mandi seadanya, dua tempat tidur kayu, satu tempat
charger, tanpa tv, satu lemari pakaian, satu meja, dan satu lemari hias
berkaca.
Setelah merapikan barang-barang, kami memutuskan utk langsung membeli
makanan. Roti, susu, air mineral botol besar, dan handuk. Dwi entahlah
membeli apa. Oiya, kami sempat ditawari, 'mau pijit mas? Mau yaahh.
Dipijit supaya ngga cape.' Ha ha ha. Perempuan paruh baya itu lihai
sekali menawarkan jasanya.
Beruntung diantara kami berdua tidak mengindahkan. Sewaktu terjaga dari
tidurnya, Dwi sempat bercerita kalau banyak perempuan yang keluar masuk
ke sebelah kamar kami. Ah, sudah lupakan bagian ini krn memang bukan yg
utama. Tidur, dan telat sahur. Aku hanya sempat minum. Roti dan susu,
lewat dari pikiran krn wkt imsak saat itu begitu tipis.
Sabtu (28/7), sekitar pukul 10.00 WIB. Kamu cek out setelah mandi dan
merapikan seluruh barang yang kami bawa. Dwi sempat bergaya mohawk
dengan minyak rambut yg kubawa. Dari smp, pria ini memang gemar
bergaya.
Setelah mendapat informasi dari rekan yg lama tinggal di Bandung, kami
memutuskan untuk mampir ke Factory Outlet (FO). Dipilih jalan Riau
karena digambarkan banyak pilihannya.
Setelah lihat tanpa membeli karena display pakaian kebetulan blm ada yg
memesona, kami berpindah ke toko 'New & Old'. Lokasinya hanya
terpisah satu toko dari FO td.
Disinilah aku menemukan hidupku. Eaaaaaaaa. Asli kalau yg ini gombal.
Tp yg jelas aku nyaman disini. Meski tidak semua barang baru, tp byk
benda-benda yang aku suka.
Foto-foto diatas cukup menjelaskan bahwa aku menyukai benda yg unik.
Tidak perlu mahal tentunya. Benda yg sempat menarik perhatian aku
adalah boks telepon terbuat dari kayu persis di film-film. Ingin
membeli tapi sepertinya bukan saat itu. Lumayan mahal.
Di toko itu aku membeli satu replika detektif conan, gotenks (pahlawan
berambut merah dalam serial Dragon Ball), dan Naruto. Ketiganya aku
beli setelah komunikasi panjang dgn perempuan cantik di Jakarta sana.
Oiya, aku dpt ikat pinggang juga. Cuma Rp 25 ribu. Ha ha ha. Setelah
puas, kami memutuskan utk shalat sebelum meneruskan perjalanan ke
Lembang. Lokasi shalat di Gedung Kompas Gramedia Bandung tak jauh dari
dua lokasi yang kami kunjungi. Disana Dwi tertarik kepada Friska,
reporter sekaligus pembawa acara di stasiun tv Pasundan. Yaaa tapi dia
alfa meminta nmr hp, alamat krn saking terpesonanya.
Mengapa Lembang? Karena disana ada Bosscha, tempat penelitian gugusan
bintang milik ITB. Pertama kali aku melihatnya itu di film Petualangan
Sherina. Entah ya tahun brp. Lupa. Setelah lama mencari dan sempat
salah arah, sekitar pukul 14.20 WIB kami tiba di Bosscha. Kami bertolak
dari gedung kompas sekitar pukul 13.30 WIB.
Sayang, Bosscha tutup. Seorang petugas yang aku temui beralasan di
bulan puasa tidak menerima kunjungan. Krn enggan berdebat, aku menerima
alasan itu. Kami hanya sempat mengabadikan momen didepan tugu putih
bertuliskan Bosscha. Cukup untuk memberitahu dunia kalau kami pernah
kesana. Ha ha ha.
Pukul 15.00 WIB. Kami memutuskan kembali ke Jakarta. Ciputat lebih
tepatnya. Kami sempat terpisah krn di pasar Cimahi kemacetan parah. Aku
yg ngga sabaran terus menyalip meninggalkan Dwi dibelakang.
Sebelum berbuka, aku sempat mampir shalat Ashar di mushalla sebuah pom
bensin. Maksudnya menunggu Dwi yang tertinggal. Ternyata dia bablas..
Setelah berkomunikasi akhirnya kami janjian bertemu disebuah tugu. Aku
lupa namanya yg jelas sudah masuk Cianjur.
Setelah berbuka, pukul 19.00 WIB kami meneruskan perjalanan. Dan
sekitar pukul 21.46 kami sampai dirumah. Lelah fisik tapi tidak hati.
Apalagi sempat terpatri perjalanan berikutnya aku harus menyertai sang
pendamping hidup. :)
(Ini tulisan pertama aku di blog kamu Fira, terima kasih ya.)